TRANSPORTASI NYAMAN BUKAN IMPIAN
Jual Paku Tembak - Fenomena ketidaknyamanan transportasi public di kota-kota besar seperti Jakarta sudah bukan hal yang baru lagi. Bahkan sebagian besar masyarakat seakan sudab seperti memaklumi kondisi ini. Belum lagi ditambah kemacetan yang tiada henti, baik pada hari kerja atau hari libur. Terlalu banyak keluhan dan kekecewaan yang sering jadi bahan candaan diantara para pengguna transportasi umum di Jakarta, baik langsung saat ngobrol atau di media social. Yang kena getahnya siapa lagi kalau bukan Gubernur Jakarta beserta jajaran staff yang terkait. Dari periode ke periode, Gubernur berganti, namun permasalahan seakan tak pernah selesai. Kenyamanan transportasi public tetap dirasakan sebagai kebutuhan setengah pokok yang tak kunjung terpenuhi bagi sebagian besar masyarakat, ditambah lagi dengan buruknya kondisi jalan dan lalu lintas ibukota.
Kalau Mau Nyaman ya Naik Mobil atau Motor Sendiri Saja, Bu!
Sindiran semacam itu sudah seringkali didengar oleh masyarakat yang complain terhadap kondisi kendaraan umum di Jakarta, baik itu angkot, bus metromini atau Kopaja non AC, bahkan Transjakarta atau yang sering disalahkaprahkan sebagai Busway. Seakan-akan kenyamanan yang diharapkan para penumpang bukan merupakan hak mereka. Bukan juga merupakan tugas dan kewajiban supir atau kondektur angkutan tersebut. Dengan kata lain, ya beginilah resikonya naik angkutan umum, tidak nyaman dan tidak usah meminta kenyamanan.
Jual Paku Tembak -Secara umum, sumber ketidaknyamanan itu berasal dari kondisi kendaraan dan sikap para awaknya yang cenderung sembarangan. Kondisi kendaraan yang buruk, bahkan seringkali sebenarnya sudah tidak layak jalan itu, membuat seringnya terjadi gangguan. Sebagai contoh kasus Transjakarta yang mogok atau terbakar, sehingga harus menyebabkan para penumpangnya yang sudah berjejal dipindahkan ke kendaraan di belakangnya yang tak kurang penuh pula isinya. Sangat tidak manusiawi. Belum lagi kondisi Metromini atau Kopaja, juga angkot, yang sering tidak lengkap. Kadang lampunya tidak ada, bangku yang rusak atau patah, pintu yang tak bisa ditutup dan sebagainya.
Termasuk di sini juga kondisi pembuangan asap sisa pembakaran mesin kendaraan yang sangat kotor dan berbau. Sudah tentu ini menambah tingkat polusi di ibu kota. Meskipun sejuta pohon ditanami, jika polusi tidak dapat ditekan, malah semakin meningkat, udara kota tetap saja tidak sehat dan rusak.
Sumber yang berikutnya adalah sikap para awak kendaraan umum yang cenderung serampangan, tidak punya standar pelayanan yang baku, dan kadang memperlakukan penumpang seenaknya. Contoh pada kasus yang sering terjadi pada penumpang Metro Mini dan Kopaja non AC, yang sering diturunkan seenaknya karena ‘mobilnya mau mutar, nyambung saja sama yang belakang’. Atau kendaraan sudah berjalan saat penumpang belum turun dengan sempurna sehingga membahayakan dan bisa menyebabkan kecelakaan. Belum lagi masalah manajemen penumpang, yang juga bahkan selalu terjadi pada Transjakarta rute padat namun kendaraannya jarang, seperti Ragunan-Kota misalnya.
Kondisi seperti ini tentu tidak bisa dibiarkan. Memang seakan masyarakat umum sudah membiasakan diri untuk menerima segala ketidaknyamanan ini sebagai konsekuensi menggunakan kendaraan umum. Tetapi bukankah merupakan tugas dan kewajiban pemnerintah beserta pihak swasta terkait untuk melayani warga masyarakatnya dengan sebaik-baiknya?
Solusi Murah dan Ramah Lingkungan
Jual Paku Tembak - Pemerintah bukan pula tidak mencarikan solusi. Sudah berbagai cara dan kebijakan dilakukan untuk paling tidak memberikan alternative kenyamanan bagi para pengguna jasa kendaraan umum. Salah satunya adalah dengan terus menambah armada Transjakarta dan juga Kopaja AC, melaksanakan pembangunan MRT dan berbagai upaya pelebaran jalan. Demikian pula dengan memperbanyak armada kendaraan umum dengan Bahan Bakar Gas (BBG) yang lebih ramah lingkungan. Contohnya saat ini sudah semakin banyak bajaj ber-BBG.
Namun dapat pula dipikirkan solusi lain sebagai alternative yang lebih murah, misalnya dengan membesituakan saja kendaraan-kendaraan umum yang sudah tidak layak jalan. Sebab ongkos perawatannya tentu akan makan banyak biaya, sementara penggunaannya tidak optimal. Bukankah ini merupakan pemborosan juga? Upaya pengalihan alokasi anggaran untuk lebih banyak membeli kendaraan baru yang masih gress akan lebih baik.
Lalu kendaraan-kendaraan tua itu akan dibesituakan begitu saja? Bisa dipikirkan alternative pemanfaatannya sehingga lebih berdaya guna, daripada terus digunakan sebagai armada operasional. Paling minimal, mungkin bisa digunakan sebagai rumpon ikan di Teluk Jakarta.
Solusi berikutnya adalah mengembangkan teknologi kendaraan ramah lingkungan yang jelas akan lebih murah dan efisien penggunaannya. Disamping itu alangkah baiknya ada semacam kebijakan untuk, misalnya, One Day Go Bike to Work. Saat itu tidak ada seorangpun yang menggunakan kendaraan berbahan bakar seperti motor, mobil, dan kendaraan umum. Satu hari dalam seminggu cukup. Atau dapat dibuatkan lajur khusus sepeda di jalan-jalan protocol dan pusat bisnis di ibukota. Jalur tersebut dibuat senyaman mungkin bagi para pengendara sepeda sehingga dapat menarik juga bagi para pengguna kendaraan pribadi lain maupun kendaraan umum.
Keteladanan is a must
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah harus ada keteladanan yang kontinu dari Bapak dan Ibu pejabat. Keteladanan ini bersifat tulus dan bukan pencitraan. Sebab segala sesuatu yang bersifat pencitraan biasanya tidak akan berlangsung lama. Lagipula, masyarakat akan memahami bahasa yang digunakan para pemimpinnya. Hal ini yang akan membuat masyarakat dengan senang hati mencontoh keteladanan pemimpinnya.
Sebagus apapun kebijakan, seberpihak apapun kebijakan pada kepentingan masyarakat dan kebaikan lingkungan, tidak akan berbunyi jika tidak ada keteladanan yang tulus dari para pembuatnya.
Jadi, mari selamatkan masyarakat Jakarta dari polusi udara dan ketidaknyamaan transportasi public dengan tindakan nyata para pemimpinnya lebih dulu. Semoga makin bersih Jakarta kita, makin semangat masyarakatnya untuk bekerja dan menebar kebaikan.
No comments:
Post a Comment